Para Manusia yang Bermutasi


Kalau bicara tentang mutasi dan evolusi, kadang suka mikir, manusia masih berevolusi ga ya? Apalagi dengan kemajuan teknologi dan medicine, harapan hidup kita juga makin tinggi. Sudah banyak solusi dari penyakit yang dulunya mematikan dan memicu natural selection. 

Beberapa peneliti menemukan bahwa ada beberapa kelompok manusia yang ternyata bermutasi dan berevolusi menyesuaikan gaya hidup dan lingkungan tempat tinggalnya lho! Mereka punya perbedaan genetic dengan manusia-manusia lainnya. Menurut Science Alert, tiga kelompok di antaranya adalah Suku Bajau yang punya ukuran limpa lebih besar daripada manusia biasa, penduduk Tibet yang memproduksi lebih banyak sel darah merah daripada manusia biasa, dan kelompok Inuit di Greenland yang mampu mengonsumsi lebih banyak lemak daripada manusia biasa tanpa meningkatkan resiko penyakit jantung.

Ah, masa sih?

1. Suku Bajau


Suku Bajau berasal dari Asia Tenggara, tepatnya di perairan sekitar Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Mereka terkenal sebagai nomaden laut, di mana mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di laut. Dalam sehari, mereka bisa berenang di laut hingga 5 jam, tanpa peralatan fancy yang biasa dipakai para diver. Hanya pakai goggle kayu dan tombak, mereka bisa berburu hingga kedalaman 230 kaki atau 70 meter lho! Rekor terdalam yang tercatat, anggota suku ini mampu menyelam hingga 79 meter. Ini dilakukan secara free diving ya, alias menyelam bebas. Mereka dikatakan sebagai salah satu kelompok penyelam terbaik di dunia.

Suku Bajau merasa sangat nyaman di bawah air. Bahkan, mereka dapat dengan santai berjalan di dasar laut. Beda banget dengan saya, kalau lagi snorkeling di laut aja suka takut ada hiu atau ular laut, dan kalau berusaha jalan di 'lantai' laut saya ngambang terus, haha. Secara singkat, mereka bisa menahan nafas lebih lama daripada manusia biasa. Maklum, mereka menghabiskan 60% aktivitasnya dengan menyelam. 

Sebuah jurnal yang dipublikasi pada Cell, memaparkan perbedaan fisik dan genetik yang ada pada Suku Bajau. Tim peneliti menghabiskan beberapa waktu tinggal dan meneliti langsung para anggota Suku Bajau. Ya, mereka berevolusi menyesuaikan lingkungan dan gaya hidupnya. Keren, ya? 

Jadi, yang membedakan mereka dengan manusia-manusia lainnya, mereka punya ukuran limpa yang lebih besar. Tim peneliti membandingkan mereka dengan suku tetangga, yang lebih banyak bercocok tanam daripada berburu di laut. Bahkan, pada anggota Suku Bajau yang tidak biasa menyelam pun, ukuran limpanya lebih besar daripada normal. Hal ini membuktikan bahwa ukuran limpa ini diturunkan secara genetik, dan bukan karena individu yang bersangkutan terbiasa atau terlatih menyelam.


Memang pentingnya limpa apa sih? Apa hubungannya dengan menyelam?

Ukuran limpa itu penting banget sebagai tempat menyimpan sel darah merah. Ketika menyelam, limpa berkontraksi dan mendorong sel darah merah ekstra ke peredaran darah, yang meningkatkan kemampuan darah untuk membawa oksigen. Hal ini juga dapat ditemukan pada mamalia yang menyelam lainnya lho, seperti singa laut. Sebagai hasilnya, mereka dapat menahan nafas lebih lama!

Selain itu, ada beberapa variasi gen yang berbeda pada Suku Bajau. Tubuh mereka punya respon yang berbeda-beda ketika menyelam, salah satunya adalah adanya gen BDKRB2 yang memprioritaskan otak, jantung, dan paru-paru untuk menerima oksigen ketika menyelam, dan gen FAM178B yang mencegah terbentuknya karbondioksida yang tinggi di dalam darah.

Tapiiiiii ada yang lucu nih, para peneliti dapat peringatan dari orang Indonesia yang mereka temui, untuk berhati-hati karena Suku Bajau punya 'ramuan cinta' yang berbahaya. Ya, mereka dapat stigma mistis dari masyarakat berflower ini, haha. Tapi penelitinya membuktikan bahwa Suku Bajau sangat welcome ke mereka lho!

source: Science Alert, The Atlantic

2. Penduduk Dataran Tibet 

Dataran Tibet itu terletak di altitude yang tinggi. Posisinya ada di 4000 meter di atas permukaan laut, dengan oksigen 40% lebih sedikit. Seperti yang kita tahu, semakin tinggi altitude nya, semakin tipis oksigennya. Tapi, tidak hanya itu lho. Kelompok manusia yang tinggal di sana, juga harus menghadapi radiasi sinar UV yang lebih berbahaya, dan pasokan makanan yang berubah-ubah secara ekstrim di setiap musim. Nah, beberapa kelompok yang tinggal di Dataran Tibet memiliki mutasi yang membantu mereka hidup di kondisi demikian.

Menurut hasil penelitian, mereka mampu memproduksi lebih banyak sel darah merah, memiliki BMI atau body mass index yang lebih tinggi, dan memproduksi lebih banyak vitamin folate. 

Masyarakat Tibet telah berevolusi menjadikan tubuh mereka menggunakan oksigen dengan lebih efisien. Jadi meskipun sel darah merahnya lebih banyak, tidak meningkatkan resiko stroke dan penyakit jantung. Selain itu, mereka punya berat badan dan BMI yang lebih tinggi, sehingga tubuh mereka dapat menyimpan energi ketika pasokan makanan berkurang. Terakhir, vitamin folate yang sangat penting untuk kehamilan dan kesuburan, juga diproduksi lebih banyak dalam tubuh. Vitamin ini akan terurai ketika terpapar radiasi sinar UV, sehingga membantu mereka menghadapi radiasi sinar UV yang lebih tinggi.

Keren ya, kemampuan manusia untuk beradaptasi?

source: Science Alert, Science.org

3. Suku Inuit dari Greenland

Orang-orang Inuit bertempat tinggal di lingkungan yang super dingin dan memiliki sumber makanan yang penuh lemak. Untuk bisa survive di lingkungan ini, mereka mengalami mutasi genetik yang membedakannya dengan manusia lain, lho. Sumber makanan utama mereka adalah mamalia laut yang punya level lemak yang tinggi. Meskipun demikian, mereka tidak mengalami masalah kesehatan. Kalau saya kan, makan makanan berlemak sedikit langsung pusing, haha. Dengan kata lain, tubuh mereka menyesuaikan diri dengan sumber makanan yang tersedia.

Para peneliti menemukan bahwa genome yang dimiliki orang-orang Inuit punya varian genetik yang unik. Jadi, metabolisme lemak mereka mampu mencegah penyakit jantung yang biasanya menyerang orang-orang yang sering mengonsumsi makanan berlemak. Mutasi genetik ini diperkirakan muncul 20,000 tahun yang lalu. Kolestrol jahat bye bye, gitu. Sebagai hasilnya, tinggi dan berat badan mereka terjadi, dan membantu banget untuk bisa hidup di lingkungan yang sedemikian dingin.

Mutasi yang ini saya iri. Saya juga mau ih, bebas makan makanan berlemak tanpa resiko kesehatan yang tinggi, hiks.

source: Science Alert, Reuters, Nature







Comments

Popular Posts